Jumat, 29 April 2011

Laporan Pendahuluan Pada klien dengan kasus “ Glaukoma ”



Di Ruang IRD RSUD Blambangan Banyuwangi

1.                  Konsep Penyakit
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi
( Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid 1, hal 59 )
Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus, kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO ( tekanan intra okuler ) yang terlalu tinggi untuk berfungsinya saraf optikus secara normal.
( Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Bruner & Sudart, vol 3 Bab. 56 )
2.                  Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okuler disebabkan oleh :
-          Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliari.
-          Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata celah pupil.
Glaukoma dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut titik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata yang lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
3.                  Klasifikasi
1)      Glaukoma Primer
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90 – 95% ) yang meliputi kedua mata timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat disebut  sudut  terbuka karena humor aqueos mempunyai pintu terbuka kejaringan terbekular, pengaliran dihambat  oleh perubahan degeneratif jaringan  tubekuler  saluran schleem dan saluran yang berdekatan.

2)      Glaukoma Sekunder
Dapat  terjadi peradangan dari  mata perubahan pembuluh darah dan trauma dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
-          Perubahan lensa.
-          Kelainan uvea.
-          Trauma.
-          Bedah.
3)      Glaukoma Kongenital
-          Primer atau infantil.
-          Menyertai kelainan konginental lainya.
4)      Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glukoma ( sempit atau terbuka ) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi  lanjut pada glukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atrofi dengan eksuasi glukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering, mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyakit berupa neovaskulisasi pada iris keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.

4.                  Manifestasi Klinis
Rasa sakit hebat yang menjalar kekepala disertai mual dan muntah mata merah dan bengkak tajam penglihatan sangat menurun dan melihat lingkaran seperti pelangi pada pemeriksaan dengan lampu senter terlihat injeksi konjungtifa, injeksi siliar, kornea siliar seperti sembab, reaksi pupil atau melambat kadang pupil midriasis kedua bilik mata depan tampak dangkal pada bentuk primer sedangkan pada bentuk sekunder dijumpai penyakit penyebabnya, funduskopi suka dilakukan karena terdapat kekeruhan media refraksi pada perabaan, bola mata yang sakit teraba lebih keras dibanding sebelumnya.

5.                  Penatalaksanaan
Tekanan intra okuler harus diturunkan secepatnya dengan menggunakan asetazolamid 500mg dilanjutkan 4x 250mg, solusio gliserin 50% 4x100 s/d 150mg dalam air jeruk, menghambat beta adrenergik 0,25 – 0,5%  2x1 dan kcl 3x0,5gr diberikan pula tetes mata  kortikoseteroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi inflamasi.
Untuk yang primer, diberikan tetes mata pilokorpin 2% tiap ½ - 1jam pada mata yang mendapat serangan dan 3x1 tetes pada mata sebelahnya bila perlu diberikan analgesik dan antiemetik
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi, di evaluasi tekanan intra okuler ( TIO ) dan keadaan matanya, bila TIO tetap tidak turun lakukan operasi segera, sebelumnya diberi infus manitol 20% 300 -500 ml 60 tpm, bila jelas menurun operasi ditunda sampai mata lebih tenang dengan tetap memantau TIO, jenis operasi, iridektomi, atau filtrasi di tentukan berdasarkan hasil pemeriksaan goneoscopy setelah pengobatan medica mentosa sebagai pencegahan juga dilakukan iridektomi pada mata sebelahnya. Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati yang sesuai. Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya hanya tergantung penyebab misalnya pada hifema dilakukan para sintesis, pada kelainan lensa dilakukan ekstaksi lensa, dan pada uveitis dilakukan iridektomi atau operasi infiltrasi.

6.                  Komplikasi
-          Kebutaan permanen.
-          Pandangan lebih gelap.
-          Pandangan lebih kabur.
-          Lapang pandang menjadi sempit.

7.                  Diagnosa Banding
-          Keratitis.
-          Konjungtifitis.
-          Miopia.

8.                  Anatomi


















9.     
  Usia > 40 thn
 
Patofisioligi .
 

























Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1.      Identitas
Glaukoma sering dialami oleh pria maupun wanita yang berumur diatas 30 tahun dan akan sering terjadi bila sesuai tambahnya usia dan yang mempunyai riwayat kesehatan dengan diabetes mellitus.
2.      Keluhan utama
Keluhan utama pada glukoma adalah penurunan lapang pandang yang berangsur memburuk, merasa sakit apabila ditekan pada daerah yang sakit ( mata ), mual, muntah dapat menyertai predisposisi penyakit.
3.      Riwayat keperawatan ( riwatan penyakit dahulu )
Diketahui pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus
4.      Riwayat keperawatan ( riwayat penyakit keluarga )
               Adanya keluarga yang mengidap glaukoma dan mereka yang pernah mengalami trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang.

I.                    Pemeriksaan fisik

a.      Keadaan umum
Klien tampak lemah, mengalami nyeri pada mata yang terkena, muntah, sakit kepala disertai nausea.
b.      Body sistem
1.      Sistem pernafasan
Biasanya pada klien terjadi peningkatan frekuensi pernafasan.
2.      Sistim kardiovaskuler
Biasanya terjadi takikardi, denyut nadi meningkat, berkeringat.
3.      Sistim pencernaan
Terjadi mual dan muntah karena peningkatan intracranial.
4.      Sistim persyarafan
Ganguan penglihatan ( kabur atau tidak jelas ), sinar terang yang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja lensa ( merasa diruang gelap ), katarak.





II.                  Pemeriksaan penunjang

-       Hasil pengukuran dari kartu mata snellen/mesin telebinoklean.
-       Lapang penglihatan.
-       Pengukuran tonometri.
-       Pengukuran gonoskopi.
-       Tes propokatif.
-       Pemeriksaan oftal moskopi.
-       Darah lengkap, LED.
-       EKG, kolesterol, pemeriksaan  lipid, serum.
-       Tes  toleransi glukosa  ( menentukan diabetes mellitus ).

III.                Diagnosa keperawatan

1.      Perubahan kenyamanan ( nyeri )  b/d tekanan intraokuler meningkat.
2.      Gangguan pemenuhan istirahat tidur b/d insomnia.
3.      Gangguan pemenuhan nutrisi b/d peningkatan tekanan intracranial.
4.      Cemas  b/d perubahan status kesehatan.
5.      Perubahan aktivitas.
6.      Gangguan presepsi sensori b/d penurunan lapang pandang.
7.      Resiko tinggi cidera b/d  lapang  pandang.













DAFTAR PUSTAKA
v  Manjoer Arief dkk, 2001 Kapita Selekta Kedokteran Jilid : 1 Media Aescullapius, Jakarta.

v  Brunner & Suddart, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2002, EGC, Jakarta, vol 3, edisi 8.

v  Marlin M Doenges, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta.

v  Buku saku Diagnosa Keperawatan, Lynda Juall Carpenito, EGC , edisi 3, Jakarta.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar